Salah Paham tentang Kesehatan Mental
Table of Contents
CINDY: Hai Teman-Teman! Saya Cindy, Mahasiswi Kedokteran di Munich, Jerman.
Salah satu mitos atau kesalah pahaman terbesar yang sering saya dengar di kalangan masyarakat Indonesia mengenai mental health atau kesehatan psikis adalah, mereka berpikir bahwa orang yang pergi ke terapi itu, orang gila yang harus dijauhi. Contohnya orang yang sedang depresi berat, sering ketakutan, punya OCD atau panikan. Banyak orang berpikir, mereka sakit jiwanya karena bodoh atau karena mereka lemah. Kesalah pahaman ini menurut saya berakar, dari kurangnya kejelasan pengertian tentang kesehatan psikis dikalangan masyarakat Indonesia sendiri.
Yang menjadi pengukuran seberapa sehat psikis seseorang, bisa kita lihat dalam cara orang tersebut meregulasi dan memahami emosinya, serta berempati terhadap emosi orang lain, sehingga seseorang memiliki mindset yang sehat tentang bagaimana hubungan manusia dan hubungan terhadap dirinya sendiri. Kesehatan psikis ini juga nantinya akan langsung mempengaruhi kesehatan fisik.
Jadi, orang yang pergi ke terapi itu, sebenarnya ingin supaya psikisnya yang lebih sehat. Mereka itu adalah orang-orang yang mau belajar tentang diri mereka sendiri. Saking mau belajarnya, mereka tidak takut di stigma lemah atau bodoh. Nah mereka juga bahkan berani untuk mengakui kesalahan berpikir mereka, yang biasanya disebut cognitive dissonace dan juga bias yang mereka punya. Dan nanti diterapi, mereka akan mempelajari itu bersama terapisnya dalam bentuk percakapan.
Hal ini sangat berkebalikan dengan stigma orang yang di terapi yang katanya mentalnya itu lemah. Bukankah orang yang mau merubah diri dan tidak takut mengakui cognitive dissonance atau biasnya, jauh lebih kuat mentalnya dibandingkan dengan seseorang yang malu atau tidak mau berubah karena takut ditunjukkan cara berpikirnya yang kurang sehat?!